Bull run sebentar lagi. Semua faktor menunjukkan tanda-tanda kalau hal ini udah kayak Thanos: inevitable.
Apa aja sih tanda-tandanya?
- BTC spot ETF tinggal tunggu waktu
- Fed pivot to rate cut(s)
- BTC halving sebentar lagi
- China beri stimulus ke pasar keuangan
What’s stopping the bull?
Well, for the sake of risk management, always manage your leverage (if any) and size ya. Never going all in, unless you can afford to go down to 0 (ya ini mah terserah sih hehe).
Di masa bull run, apapun akan going up 📈, termasuk blue chip seperti BTC dan ETH. Tapi karena market cap-nya kepalang besar, akan sulit untuk kedua token ini untuk naik ratusan bahkan ribuan persen overnight.
Alternative-nya adalah kita bisa riding the narratives. Mulai dari DeFi, NFT dan SocialFi, selalu aja narasi baru yang membuat dunia crypto bereuforia.
Sekarang? Inscription. Ga percaya? Lihat chart ini.
Year-to-date 160% per tulisan ini di-publish. Ini bahkan akan sangat mungkin lebih tinggi lagi karena bull run toh baru akan dimulai.
So, apa sih itu inscription? Mari lanjut baca di bawah.
It starts with Ordinals
Secara harfiah, inscription berasal dari kata “inscribe” yang kalau kamu cari artinya di Google Translate, hasilnya adalah “write or carve (words or symbols) on something, especially as a formal or permanent record.”
Secara sederhana, inscription itu semacam proses penulisan data on top of something. Istimewanya, dalam konteks blockchain, something disini bisa diganti literally blockchain apapun, termasuk Bitcoin network.
In fact, inscription juga awalnya eksis di jaringan Bitcoin terlebih dulu. Kenapa? Karena jaringan Bitcoin itu, sorry to say, old-school. Jaringan Bitcoin secara natural tidak mendukung NFT dan smart contract. Tapi Bitcoin Ordinal Protocol bisa mengubah persepsi itu.
Ordinal berawal dari ide brilian seorang kontributor Bitcoin bernama Casey Rodarmor di Januari 2023. Inilah yang kemudian menjadi basis dari banyak inscription token yang belakangan ramai.
Bitcoin Ordinal sendiri berdasarkan pada konsep yang namanya Ordinal theory. Konsepnya adalah dengan memberikan “ordo”/”ordinal” atau dapat disederhanakan dalam Bahasa Indonesia menjadi “urutan” (order) ke setiap transaksi yang terjadi jaringan Bitcoin. Data urutan ini yang kemudian akan di-inscribe/ditulis ke dalam Satoshi, sebutan untuk unit terkecil dari Bitcoin currency.
Fun fact, 1 BTC (Bitcoin) = 100 juta SATS (Satoshi).
Dengan Ordinal, setiap SATS akan seperti mendapat ID (identifier) yang unik di setiap Satoshi-nya. So-called “ID” ini akan terdiri dari 4 komponen:
- Blocks: block baru biasanya dibuat per 10 menit.
- Difficulty adjustments: setiap 2016 blocks (biasanya 2 minggu), tingkat kesulitan hashrate di jaringan Bitcoin berubah.
- Halvings: setiap 210,000 blocks (sekitar setiap 4 tahun), jumlah SATS baru yang terbuat di setiap block berkurang setengah.
- Cycles: Setiap 6 kali halving (kira-kira sekitar 24 tahun) event halving dan difficulty adjustment akan terjadi bersamaan. Momen ini disebut conjunction. Conjuction pertama akan terjadi pada 2032.
Dengan begitu, apakah ini berarti tiap SATS akan berbeda alias tidak lagi fungible (tidak bisa ditukar-tukar)?
Tidak. Walaupun sudah memiliki data ordinal di dalamnya, setiap SATS adalah sama. Ini karena protokol Bitcoin “tidak mengakui” atau tidak mengenal data tersebut secara native.
Namun tenang, hal ini bisa teratasi berkat adanya indexer. Indexer disini adalah sebuah program (biasanya berupa website) yang didesign untuk meng-track dan membaca data inscription secara off-chain. Tanpa indexer, Setiap SATS adalah sama. Jadi tanpa itu, kamu jadi bisa saja tidak sengaja menggunakan SATS dengan informasi ordinal sebagai gas fee 😔.
Awalnya, data yang bisa di-inscribe hanya data numerik. Namun, seiring berjalannya waktu, data text, image, audio dan video juga bisa di-inscribe ke dalam SATS. Satu-satunya batasan adalah ukuran file-nya tidak boleh lebih dari 4mb.
Kok bisa begitu? Karena adanya dua upgrade major: SegWit dan Taproot:
Oleh karena Ordinal bisa berisi data multimedia dan secara teori bersifat non-fungible, banyak yang menyamakan Bitcoin Ordinal dengan Bitcoin NFT. Padahal, essentially keduanya berbeda. Pun Casey Rodarmor selaku pencipta lebih suka menyebutnya menjadi “digital artifact.”
Kenapa?
Alasannya karena Secara proses, keduanya berbeda. NFT (di Ethereum) dibuat dengan me-mapping letak data text, image, audio atau video ke blockchain sementaranya datanya sendiri diletakkan di IPFS (Interplanetary File System, semacam Google Drive tapi decentralized). Dengan begitu, si developer bisa “merevisi” text, image, audio atau video menjadi lebih baik.
Proses tersebut dinamakan tokenisasi. Inilah arti huruf T di NFT haha. Sementara Ordinal, prosesnya dinamakan inskripsi (inscription) sehingga tidak ada kemungkinan kalau data didalamnya diubah dalam kondisi apapun.
Walaupun begitu, ini tidak menghentikan perkembangan Bitcoin NFT. Saat ini tercatat sudah ada beberapa project NFT yang dibangun native di Ordinal. Ordinal Punks adalah salah satu yang pertama muncul.
Selain itu ada juga Bitcoin Frogs, Twelfold dari YugaLabs, OnChainMonkey, dll.
Ada sedikit cerita menarik dibalik Ordinal ini. Menurut Jeremy Rubin (salah satu kontributor Bitcoin), Satoshi Nakamoto (si pencipta Bitcoin itu) sudah come-up duluan terkait konsep ini. Dia menyebutnya dengan “atom” dan sudah ada di codebase Bitcoin di masa-masa awal. Namun, tanpa sebab yang jelas, kode tersebut di-remove. Nah, Casey Rodarmor konon terinspirasi dari sini.
Apakah kisah ini benar? nobody knows haha.
The emergence of BRC-20
Seperti yang sudah dijelaskan di atas kalau berkat Ordinal, SATS dapat berisi data-data text, image, audio dan video. Namun ternyata tidak hanya itu saja karena nyatanya “smart contract” pun dapat di-inscribe ke dalam SATS.
Well, sebenarnya bukan smart contract, sih. Ini lebih kepada data text yang mengikuti format JSON (JavaScript Object Notation). Script inilah yang nantinya akan mendefinisikan nama token, limit jumlah token per mint, dan maksimum jumlah token.
Contohnya kira-kira akan seperti ini:
{ “p”: “brc-20”, “op”: “deploy”, “tick”: “ordi”, “max”: “21000000”, “lim”: “1000”}
Script di atas adalah script “smart contract” asli yang diciptakan oleh seorang pengguna Twitter (sekarang X) bernama Domo pada Maret 2023.
Dia bereksperimen dengan protokol Ordinal yang notabene adalah non-fungible dan menciptakan token standard BRC20 (terinspirasi dari token standard Ethereum ERC20) yang bersifat fungible. Nama token tersebut adalah ORDI.
ORDI adalah token BRC20 pertama yang tercipta. Tidak sampai 24 jam, 21 juta token sudah berhasil di-mint. Per tulisan ini di-publish, market cap ORDI mencapai $1 miliar lebih.
Sejak saat itu, ada banyak sekali token BRC20 yang tercipta. CoinMarketCap (dan CoinGecko) bahkan memiliki kategori sendiri untuk hal ini.
Fyi, walaupun script JSON ter-inscribe secara on-chain, BRC20 juga masih butuh indexer off-chain untuk membedakan antar token BRC20. Tanpa indexer, token ORDI akan dianggap sama dengan OXBT misalnya.
Dari sini, bisa disimpulkan kalau “smart contract” dalam konteks Ordinal sebenarnya hanyalah sebuah data text biasa yang di-inscribe ke dalam SATS. Dan karena bukan smart contract betulan, maka fungsionalitasnya terbatas. Sampai saat ini, fungsinya terbatas pada deploy, minting dan transfer.
Kenapa bisa ada banyak sekali token-token BRC20 yang muncul dalam waktu singkat?
Selain karena hype, popularitas token BRC20 naik juga karena murah dan mudah dibuat. Murah karena fungsionalitasnya terbatas (essentially hanyalah data text biasa, kan) dan mudah karena siapa pun bisa membuat token BRC20 mereka sendiri.
Bayangkan, kamu hanya perlu menginstall wallet Unisats (atau wallet Bitcoin lain yang mendukung), input kode JSON sesuai format di atas (fyi, untuk ticker hanya support 4 huruf), bayar fee transaksi dan voila jadilah sudah sebuah token BRC20.
Fair launch. No premined token. Semua orang happy (asal jadi early minter 🤣)
Apakah akan sustainable?
Nah, ini adalah pertanyaan satu juta (or satu miliar, mungkin) Dollar kita.
Domo sendiri mengaku bahwa project BRC20 yang dia mulai sifatnya masih eksperimental dan SANGAT BERESIKO.
Infrastrukturnya masih sangat terbatas. Segala jenis transaksi jual beli dilakukan secara OTC (over-the-counter) alias transfer antar wallet pengguna. Deal harga pun terjadi via komunikasi di Discord yang rawan scam. Belum ada DEX (decentralized exchange) yang memfasilitasi aktivitas jual beli ini dengan robust.
Best practice adalah melakukan jual beli via CEX (centralized exchange). Namun ini hanya bisa dilakukan untuk token-token populer seperti ORDI dan 1000SATS. Ini pun tetap beresiko karena pada dasarnya BRC20 memiliki nilai karena hype.
So far, token-token BRC20 tidak punya utility apapun selain menjadi memecoin. Hence, pastikan kamu jangan beli di pucuk, ya 😉.
Perdebatan di komunitas
Setiap inovasi pastilah mengalami perdebatan. Akan ada yang pro dan akan ada yang kontra. Termasuk terkait dengan ordinal dan BRC20 ini.
Pihak kontra menganggap kalau Ordinal dan BRC20 akan menghilangkan marwah Bitcoin sebagai digital gold. Ini masuk akal karena positioning Bitcoin akan sedikit banyak menyerupai Ethereum.
Selain itu, karena mudah dan murah, inscription akan membuat jaringan Bitcoin menjadi sarang spam.
Ini lah yang diutarakan oleh Luke Dashjr, salah satu core contributor Bitcoin. Menurutnya, inscription adalah bug karena toh tidak bisa dibedakan juga secara protokol. Pun juga katanya celah inscription ini akan “diperbaiki” di Bitcoin v27.
Hype inscription memang membuat jaringan Bitcon padat. Ini karena orang-orang akan berlomba-lomba menciptakan ordinal dan token BRC20 mereka sendiri yang pada akhirnya akan membuat gas fee semakin mahal.
Fyi, gas fee di jaringan Bitcoin pernah mencapai $50K di satu hari karena spam transaksi inscription.
Sebenarnya, kenaikan gas fee ini menjadi blessing in disguise bagi miner. Proses minting BRC20 dilakukan dengan metode first come first serve. Ini membuat orang-orang rela membayar gas fee lebih tinggi supaya menjadi early minter. Miner pun happy karena fee ini akan masuk ke kantong mereka. Ini lah kenapa pihak yang pro mostly adalah para miner.
Bagaimana menurutmu? Kamu pihak yang pro atau kontra?
Leave a Reply